3 Tokoh Cerita Pengalaman Rawat Mangrove di Tengah Krisis Lingkungan




Jakarta

Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menggelar sesi Mangrove Talks dalam segmen dialog publik ‘Mangrove for The Future’. Acara ini memberikan ruang bagi local champion untuk berbagi cerita dan pengalaman merehabilitasi ekosistem mangrove di pesisir pulau Indonesia.

“Mangrove Talks memberikan ruang bagi masyarakat lokal untuk berbagi cerita dan pengalaman mereka dalam upaya rehabilitasi mangrove di wilayah mereka masing-masing,” ujar Sekretaris BRGM Ayu Dewi Utari dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/7/2024).

Di agenda Mangrove Talks kali ini, BRGM menghadirkan 3 orang tokoh lokal yang berada dalam wilayah kerja BRGM. Ada Rudi Hartono yang datang dari Kalimantan Barat, Loesye Fainno dari Papua Barat dan Yudi Amsoni dari Bangka Belitung. Meski memiliki latar belakang yang berbeda-beda, namun ketiganya mempunyai kegigihan yang sama kuatnya dalam menjaga ekosistem mangrove.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN DENGAN KONTEN

Rudi Hartono misalnya. Pemuda asal Desa Sungai Kupah, Kalimantan Barat ini merupakan peraih penghargaan Kalpataru tahun 2022 kategori perintis. Rudi mempunyai peran besar dalam menggerakkan pemuda di desanya untuk ikut serta menjaga mangrove. Meski sempat ditentang dan dicap sebagai pemuda yang tak menghasilkan sesuatu, Rudi berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui 65 program rumah pembibitan yang ikut dirintisnya.

Lain halnya dengan Loesye Fainno. Seorang mantan sales marketing manager hotel yang memilih pindah dan menetap di Kampung Friwen, Papua Barat.

Loesye mengaku gelisah lantaran hutan mangrove di daerahnya kian hari makin habis ditebangi untuk keperluan masyarakat. Dari situ ia tergerak untuk mengajak kelompok perempuan di kampungnya mengolah tumbuhan mangrove menjadi produk pangan/kecantikan tanpa merusak ekosistem mangrove itu sendiri. Usaha ini diharapkan memberi inspirasi kepada masyarakat tempat untuk memanfaatkan nilai ekonomi dari mangrove tanpa perlu menebang.

Sedangkan Yudi Amsoni, seorang nelayan dan aktivis mangrove dari Desa Sukamandi Belitung Timur yang dikenal sangat tegas dalam membongkar praktik pertambangan ilegal yang sangat marak di tempatnya. Dengan usaha tanpa henti, ia berhasil melindungi 200 hektare hutan mangrove terakhir di desanya. Suatu sumbangan yang amat berharga bagi ekosistem mangrove di pulau Belitung yang terus digerus tambang timah ilegal.

Ayu berharap kisah heroik dan semangat para tokoh lokal tersebut dapat menginspirasi, dan bisa melahirkan sosok pejuang mangrove yang lain.

“Harapannya, kesuksesan dan inisiatif mereka dapat direplikasi di daerah-daerah yang lain, sehingga melahirkan para pejuang mangrove yang baru untuk republik ini,” tuturnya.

Senada, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem KLHK, Satyawan Pudyatmoko mengatakan kisah para pahlawan lokal ini bisa dijadikan contoh bagi masyarakat lain.

Namun sayangnya karena keterbatasan informasi dan akses, cerita-cerita inspiratif ini belum mendapatkan atensi publik yang cukup luas. Padahal menurutnya para pejuang mangrove dari pesisir ini mempunyai peranan yang amat signifikan dalam menyukseskan program rehabilitasi mangrove.

“Kisah mereka sangat inspiratif dan bisa menjadi role model bagi masyarakat lain. Meskipun tidak semua orang punya kemampuan seperti mereka, tetapi inspirasi dan keberanian menghadapi tantangan di lapangan itu sangat penting untuk kita suarakan,” terangnya.

(ncm/ncm)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *