Saat Rocky Gerung Sindir ‘Bau Kolonial’ hingga Bahas Senyum Megawati




Jakarta

Pengamat politik Rocky Gerung menyebut bangunan peninggalan Belanda atau kolonial tak selamanya melanggengkan kolonialisme. Menurutnya ide kolonialisme tak berkaitan dengan peninggalan bangunan namun soal perbuatan dan kebijakan.

Pernyataan Rocky itu merujuk pada lokasi acara bedah buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’ karya Airlangga Pribadi di Museum Multatuli, Lebak, Banten. Rocky mengatakan meski Museum Multatuli adalah bekas peninggalan kolonial namun memiliki semangat pembebasan.

“Ini bangunan kolonial sangat bau kolonial tapi narasi pembebasan, beda dengan seseorang yang mencium bau kolonial tapi yang diproduksi narasi kolonial, menghindari dan memerintahkan,” kata Rocky, di Lebak, Banten, Jumat (16/8/2024).

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN DENGAN KONTEN

Menurut Rocky, para pendiri bangsa Indonesia seperti Bung Karno gigih melawan intimidasi kolonial. Soal intimidasi, Rocky teringat senyum Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang disebut lebih indah dibandingkan senyum lukisan terkenal Monalisa.

Menurut Rocky, Megawati tetap tegar dan tersenyum meski menghadapi berbagai intimidasi dari kekuasaan. “Saya menikmati senyum Monalisa. Tapi begitu saya pulang ke Indonesia, saya tahu ada senyum yang lebih indah dari Monalisa, senyum Megawati,” katanya.

“Diintimidasi oleh kekuasaan, Megawati senyum, belum tentu Monalisa kalau diintimidasi oleh kekuasaan dia senyum. Jadi kita punya seluruh kemampuan, energi untuk menghasilkan pikiran, mengembalikan bangsa ini pada tradisi berpikir,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sejarawan sekaligus politisi PDIP Bonnie Triyana teringat pada kebijakan Presiden Jokowi yang justru berbau kolonial. Yakni terkait penguasaan lahan hingga lebih dari puluhan tahun untuk kepentingan kegiatan eksploitasi kapital.

“Pemerintah Kolonial mengenalkan undang-undang Agrarische Wet yang memperbolehkan penguasaan tanah oleh pemerintah kolonial guna kepentingan eksploitasi kapital, itu bisa 70 tahun kuasai tanah,” kata Bonnie.

“Hari ini ada orang yang menyewakan HGU 190 tahun. Jadi lebih parah dari zaman kolonial, Ini bukan lagi bau kolonial, tapi busuknya praktik kolonial yang diulang lagi, dan orang yang melakukan itu Presiden Jokowi, sehingga kita bisa katakan dia bertanggung jawab atas replikasi kolonialisme baru per hari ini,” katanya.

Sementara itu, penulis buku ‘Merahnya Ajaran Bung Karno’ yakni Airlangga Pribadi mengingatkan kembali pentingnya ajaran Bung Karno utamanya soal dekolonisasi. Dia mengatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia dan Konferenasi Asia Afrika (KAA) 1955 di Bandung menginspirasi banyak bangsa di dunia untuk terbebas dari kolonialisme.

“Apa kita sadar bahwa proklamasi kita itu dekolonisasi yang pertama pasca perang dunia kedua, jadi diantara negara Asia Afrika setelah perang dunia itu yang proklamirkan kemerdekaan adalah Indonesia, diikuti negara lain seperti Vietnam, India,” kata Airlangga.

“Kemudian kita lihat 1955, bahwa KAA yang dibuka Bung Karno memberi kesadaran penting, tidak hanya itu tapi juga pad gerakan Civil Rights di Amerika Serikat dan tempat lain,” jelasnya.

(Azh/Azh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *