KLHK Sebut Kualitas Udara Jakarta Membaik, Ada Pengaruh Gaya Hidup Warga



Jakarta

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan kualitas udara di Jakarta tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. KLHK menyatakan hal tersebut dengan menghitung perbandingan Konsentrasi Partikulat (PM 2,5) tahun 2023 dan 2024.

“Kalau kita lihat perbandingan dengan tahun lalu puncak yang paling tidak sehat itu di 1 Oktober tahun 2023, jumlah PM 2,5 (dengan konsentrasi) 83,72%. Kalau di 7 Agustus 2023 (konsentrasinya) 67,33%,” kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Dirjen PPKL) KLHK, Sigit Relianto, di Media Center KLHK, Rabu (21/8/2024).

“Dibandingkan dengan situasi sekarang, tanggal 1 Agustus Tahun 2024 (konsentrasinya) 61,77%. Jadi masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2023, baik per Agustus maupun dari puncaknya,” sambungnya.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN DENGAN KONTEN

KLHK menyatakan kualitas udara di Jakarta tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Kondisi ini disebut dipengaruhi gaya hidup warga dan musim kemarau. (Astrid Meishella/detikcom)KLHK menyatakan kualitas udara di Jakarta tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu. Kondisi ini disebut dipengaruhi gaya hidup warga dan musim kemarau. (Astrid Meishella/detikcom)

Ia menilai penurunan persentase polusi udara ini akibat pergeseran gaya hidup masyarakat. Menurutnya, masyarakat mulai beralih menggunakan transportasi publik dan kendaraan listrik.

“Nah kalau masalah udara Jakarta itu kan kombinasi. Kemungkinan yang program untuk mulai elektrifikasi kendaraan itu juga berdampak. Gaya hidup kita juga yang sudah mulai banyak yang naik sepeda juga mulai berdampak. Terus gaya hidup yang suka jalan kaki, suka menggunakan transportasi umum juga berubah,” tutur Sigit.

Selain itu, dia mengatakan musim kemarau yang tak berkepanjangan juga turut memberi dampak penurunan polusi udara. Ia berharap curah hujan pada tahun ini kembali normal agar dapat menekan polusi udara.

“Tetapi yang juga mungkin berpengaruh adalah faktor kemarau. Kalau tahun kemarin kan kemaraunya itu berkepanjangan. Tahun ini kita jauh lebih basah. Jadi masih banyak hujan di bulan Juli, Agustus ada beberapa dan September mungkin agak jarang ini menurut ramalan BMKG,” ujarnya.

“Diharapkan di bulan Oktober kita sudah normal lagi ada hujan sehingga udara menjadi lebih bersih,” pungkasnya.

(jbr/jbr)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *