Kedatangan Paus Fransiskus Momen RI Kontribusi untuk Perdamaian Dunia
Jakarta –
Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) menyambut kedatangan Pemimpin Gereja Katolik, Paus Fransiskus. PB HMI berharap kedatangan Paus Fransiskus menjadi momentum bagi Indonesia menyuarakan perdamaian dunia.
“Indonesia, sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, telah lama menjadi contoh dalam merawat harmonisasi kehidupan umat beragama. Dengan kuatnya persatuan dan kesatuan antar umat beragama menjadi modal besar bagi Indonesia menuju kemajuan dan kesejahteraan, inilah salah satu yang memperkuat pertahanan dan keamanan nasional, sehingga Indonesia menjadi negara yang diperhitungkan di kancah nasional”, jelas Ketua Bidang Hukum, Pertahanan dan Keamanan PB HMI Rifyan Ridwan Saleh dalam keterangan tertulis, Selasa (3/9/2024).
Rifyan menyebut kehadiran Paus Fransiskus memberikan pesan penting tentang dialog lintas agama, merawat toleransi, dan upaya bersama untuk menjaga perdamaian yang juga sesuai amanat Undang-undang Dasar 1945.
“Menurut pandangan saya, kunjungan pemimpin umat Katolik dunia ini tidak hanya relevan bagi komunitas Katolik saja. Tetapi juga bagi seluruh bangsa Indonesia yang selama ini menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman dan kesatuan untuk membangun kerukunan umat beragama” ucap Rifyan.
Rifyan berpendapat kunjungan Paus Fransiskus memiliki makna mendalam untuk memperkuat pondasi toleransi dan kerukunan beragama di Indonesia. Rifyan mengatakan Indonesia memiliki tantangan besar dalam menjaga persatuan di tengah perbedaan.
“Kehadiran Paus Fransiskus di tengah masyarakat Indonesia merupakan pengakuan atas keberhasilan bangsa yang besar ini di dalam merawat kebinekaan. Sekaligus menjadi pengingat akan tanggung jawab besar yang harus terus kita jaga bersama ke depan,” tutur Rifyan.
“Dialog antaragama, yang menjadi salah satu tema utama dalam kunjungan ini, adalah sarana penting untuk membangun pemahaman dan penghormatan antara umat beragama yang berbeda. Terlebih beliau kita kenal sebagai tokoh yang kerap menyerukan pentingnya dialog sebagai jalan menuju perdamaian. Dengan berdialog, kita tidak hanya mengenal satu sama lain secara lebih baik, tetapi juga menemukan titik-titik pemahaman bersama” lanjut Rifyan.
Rifyan berharap kunjungan Paus Fransiskus menjadi momentum untuk merefleksikan kembali kondisi kerukunan beragama di Indonesia. Rifyan menambahkan kunjungan ini telah memberikan kesempatan bagi seluruh elemen masyarakat, baik pemerintah, pemimpin agama, maupun masyarakat sipil di Indonesia, untuk bersama-sama memperbaharui komitmen mereka dalam menjaga harmoni sosial.
“Satu hal yang tak kalah penting, bahwa kunjungan ini juga membuka ruang untuk pengembangan kerjasama lintas agama yang lebih luas. Kunjungan Paus Fransiskus bisa menjadi titik awal bagi berbagai inisiatif baru dalam memperkuat kerjasama antarumat beragama di Indonesia. Misalnya, program-program pendidikan lintas agama yang mengajarkan nilai-nilai toleransi sejak dini, atau proyek-proyek kemanusiaan bersama yang melibatkan berbagai komunitas agama termasuk HMI sebagai organisasi pemuda Islam terbesar dan tertua di Indonesia,” terang dia.
“Olehnya kunjungan ini seharusnya tidak hanya berakhir pada seremoni semata, tetapi juga harus dilanjutkan dengan aksi-aksi nyata yang berdampak positif bagi kita semua” tambah Rifyan.
Terakhir, Rifyan menegaskan kunjungan ini merupakan kesempatan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk merenungkan kembali komitmen kita dalam menjaga perdamaian di tengah keberagaman. Melalui dialog, kerjasama, dan aksi nyata, kita dapat membangun sebuah masyarakat yang lebih harmonis, di mana perbedaan agama bukanlah sumber perpecahan, tetapi justru menjadi kekayaan yang memperkaya kehidupan bersama.
“Kunjungan Paus ini mengingatkan kita bahwa kerukunan beragama adalah sebuah proses yang harus terus dijaga dan diperkuat dari waktu ke waktu, melalui kesadaran, kemauan, dan tindakan bersama,” kata dia.
“Dengan semangat yang sama, kita dapat menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang kuat dalam persatuan dan unggul dalam keragaman, serta berkontribusi bagi perdamaian dunia melalui contoh nyata dalam kerukunan beragama,” pungkas Rifyan.
Sementara itu Ketua Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan Dan Pemuda PB HMI, Abdul El Hakim, menegaskan tak boleh ada yang berupaya mengganggu kekhidmatan kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia. El Hakim menuturkan upaya mengganggu keamanan dan ketertiban (kamtibmas) saat momen kunjungan Paus Fransiskus ialah wujud sikap intoleransi yang tak mencerminkan karakter Bangsa Indonesia.
“Setiap upaya untuk mengganggu kedatangan Paus Fransiskus adalah bentuk intoleransi yang tidak mencerminkan sikap bangsa Indonesia yang dikenal dengan keragaman dan toleransinya,” ujar El Hakim.
El Hakim menilai kunjungan Paus Fransiskus menunjukkan arti penting Indonesia, dan wujud komitmen Paus Fransiskus dalam membangun dan memperkuat hubungun Katolik dan dunia Islam.
“Kami berharap kunjungan ini dapat menjadi jembatan untuk memperkuat kerukunan dan saling pengertian antar umat beragama di Indonesia. Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia adalah contoh nyata dari kehidupan beragama yang harmonis,” tambahnya.
PB HMI, lanjut El Hakim, berkomitmen untuk terus mendukung upaya-upaya yang mempromosikan toleransi dan kedamaian di tengah masyarakat. Dia pun memuji kesederhanaan Paus Fransiskus yang menurutnya patut diteladani.
“Kesederhaan Paus Fransiskus ini memberikan keteledanan bagi pemimpin di bangsa ini. Baru kali ini lihat ada tamu kehormatan negara memilih duduk di bangku depan samping Pak Sopir. Asli, keren banget. Salut,” tutup El Hakim.
(taa/aud)