Lebih Baik Hancurkan Kolegialisme Daripada Institusi
Jakarta –
Irjen Kementerian Pertanian (Kementan) Setyo Budiyanto menyinggung soal tradisi kolekfif kolegial yang menjadi ciri khas pimpinan KPK. Setyo mengaku siap melaporkan pimpinan KPK yang bermasalah meski nantinya harus dikucilkan.
Hal itu disampaikan Setyo saat mengikuti tes wawancara calon pimpinan KPK periode 2024-2029 di Gedung Aula Kementerian Sekretariat Negara, Jakarta Selatan, Rabu (18/9/2024). Setyo merupakan salah satu dari 20 peserta calon pimpinan KPK yang tersisa saat ini.
“Kalau Anda menjadi salah satu pimpinan KPK, bukan ketua, sudah diingatkan, sudah memonitor, ternyata pimpinan lain nggak mau dengar, padahal sesama pimpinan, apa yang akan Anda lakukan?” tanya mantan Ketua KPK Taufiqurahman Ruki selaku salah satu panelis.
Setyo mengatakan tugas pimpinan KPK ialah mengingatkan rekan pimpinan lain untuk bertindak sesuai aturan. Setyo menyebut jika langkah pertama itu tidak digubris, maka dia akan proaktif melaporkan pimpinan tersebut ke Dewas KPK atau Inspektorat KPK.
“Kalau diingatkan tidak bisa, akan kami laporkan, ada inspektorat, ada Dewas. Dengan peran mereka ini harusnya bisa untuk dilakukan atau diambil tindakan terhadap pimpinan yang menyalahi aturan, pimpinan yang melanggar kode etik sebelum dilakukan pelaporan baik di Dewas maupun di Inspektorat,” ujar Setyo.
Menurut Setyo, pimpinan KPK harus berani melaporkan pimpinan KPK lainnya jika memang memiliki bukti melakukan pelanggaran etik maupun pidana. Dia menyebut pimpinan KPK harus menjadi contoh integritas bagi para pegawai KPK.
“Jika ada pimpinan yang salah atau melanggar, mungkin selama ini belum, sesama komisioner harus berani melaporkan pimpinan yang melanggar kode etik atau pidana,” katanya.
Panelis lantas mempertanyakan langkah dari Setyo itu akan merusak keharmonisan di antara pimpinan KPK. Sikap dari Setyo itu, kata panelis, akan merusak tradisi kolekfif kolegial pimpinan KPK.
Setyo mengaku akan berkomitmen untuk memilih merusak tradisi kolekfif kolegial demi menjaga nama baik KPK sebagai institusi pemberantasan korupsi.
“Lebih baik merusak kolegialisme daripada merusak institusi atau organisasi. Menurut saya itu lebih bagus hilang satu toh ada pemain cadangan, ibaratnya seperti itu, daripada organisasi yang dihujat masyarakat, tidak dipercaya oleh masyarakat, menimbulkan keterpurukan, kemudian persepsi publik yang semakin turun dari waktu ke waktu ini semakin berat,” katanya.
“Tapi kalau satu saja yang ditebang itu lebih bagus, yang lainnya dipertahankan sehingga organisasi bisa berjalan dengan baik. Komitmen, kekompakan, solidaritas, soliditas dari para pegawai tetap akan melihat empat pimpinan yang lain masih solid, masih kompak, untuk membangun berjuang melakukan pemberantasan korupsi,” sambung Setyo.
(yg/dnu)