Kemensos Gaet Perguruan Tinggi Entaskan Kemiskinan di Jawa Barat
Jakarta –
Menteri Sosia (Mensos)l Saifullah Yusuf menandatangani nota kesepahaman dengan berbagai perguruan tinggi guna mempercepat pengentasan kemiskinan di Jawa Barat. Lewat kerja sama yang terjalin diharapkan program yang diberikan lebih terarah, terpadu, berkelanjutan, dan efektif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan sosial.
Adapun perguruan tinggi yang digaet antara lain Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Padjadjaran, Universitas Pendidikan Indonesia, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Universitas Siliwangi Tasikmalaya, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Bekasi, Universitas Pasundan Bandung, Universitas Islam Bandung, Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, dan Universitas Maranatha Bandung.
“Kita tahu universitas itu punya lembaga pengabdian masyarakat. Dan memang banyak sekali yang sudah mereka lakukan. Tapi kita ingin sekarang ini kerja sama, kemudian nanti direncanakan dengan baik, sesuai dengan kajian yang perguruan tinggi lakukan. Lalu kemudian kita susun intervensinya. Dampingannya itu berkelanjutan,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (7/3/2025).
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
Pria yang akrab Gus Ipul ini memberikan contoh bentuk kerja sama yang dilakukan, yakni dengan mengerahkan kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh kampus agar dapat berfokus di satu desa.
“Kita mulai dari memilih satu desa yang tinggi jumlah masyarakat miskin dan miskin ekstremnya, setelah itu kita akan susun rencana intervensi secara bersama-sama,” kata Gus Ipul.
Menurut Gus Ipul dalam praktiknya terdapat program potensial yang dapat dikolaborasikan bersama perguruan tinggi yaitu program Kampung Anti Miskin dan Sekolah Rakyat. Khusus pada program Kampung Anti Miskin, kata dia, maka akan difokuskan pada target penurunan kemiskinan ekstrem yang terdapat di Jawa Barat.
“Sebanyak 52,45 persen penduduk miskin berada di tiga provinsi Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Kalau kita bisa menurunkan kemiskinan di tiga provinsi itu, termasuk Jawa Barat, kemiskinan nasional bisa diturunkan sebesar 50 persen,” kata Gus Ipul.
Ia menambahkan, secara nasional target kemiskinan ekstrem menjadi 0 persen secepat-cepatnya dapat dicapai di tahun 2025, dan selambatnya di tahun 2026. Oleh karena itu, butuh kolaborasi bersama perguruan tinggi dalam menjalankan program-program pengentasan kemiskinan di Jawa Barat.
“Bisa melalui pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat, itu semua terencana dengan baik. Sehingga kita ingin paling tidak di desa itu tidak ada lagi orang yang nganggur, tidak ada lagi yang miskin. Karena semua kreatif, semua memanfaatkan sumber daya yang ada,” ucap Gus Ipul.
Gus Ipul juga berpesan agar program yang terlaksana dapat berkelanjutan sehingga benar-benar bisa mewujudkan kampung yang mandiri. Ia turut mengingatkan kerja sama yang terbangun harus tetap berada pada koridor yang terarah, terpadu, dan berkelanjutan serta bersifat mengintegrasikan program pemerintah dan nonpemerintah.
“Nggak usah pakai ego sektoral karena itulah yang menghambat kerja kita selama ini. Mari kita gempur sama-sama,” ucap Gus Ipul.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Teknik Industri ITB, Prof. Lienda Aliwarga menyampaikan pihaknya telah melakukan kegiatan yang bersifat pemberdayaan kepada masyarakat dengan menciptakan ekonomi sirkuler di daerah peternakan sapi Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung.
“Melalui pemberdayaan sirkuler seperti pengeringan dan pengolahan pangan daun stevia, pengeringan lemon, dan pengolahan kotoran sapi menjadi biogas. Itu semua bisa menggerakan ekonomi lokal setempat,” kata Lienda.
(AKD/AKD)
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu