Rumah Al-Barokah, Inisiatif Bripka Abdullah Berantas Buta Aksara Al-Qur’an di Jambi



Jakarta

Anggota Direktorat Polairud Polda Jambi, Bripka Abdullah, mendirikan Rumah Al-Qur’an bernama ‘Al-Barokah’ di Alam Barajo, Kota Jambi. Rumah Al-Qur’an ini didirikan dengan harapan dapat membantu dalam memberantas buta aksara Al-Qur’an di wilayah tersebut.

Pengabdian Bripka Abdullah itu membuatnya diusulkan oleh pembaca detikcom sebagai kandidat di program Hoegeng Awards 2025. Selain itu, detikcom juga memverifikasi informasi mengenai pengabdian Bripka Abdullah kepada warga setempat.

“Yang kami ketahui, kami sering lewat situ, mau salat lima waktu sering lewat situ ke masjid. Alhamdulillah kalau sore-sore itu ramai anak-anak ngaji dan beliau aktif di masjid apabila ada acara, ceramah,” kata salah seorang warga di Alam Barajo, Jambi, bernama Damri saat dihubungi.

IKLAN

Gulir untuk melanjutkan konten

Damri mengenal Bripka Abdullah sebagai sosok yang sering bergaul dengan warga.

“Pak Abdullah ini bergaul dengan masyarakat, kapanpun ada kegiatan dia datang dia hadiri, dengan masyarakat baik,” ujar dia.


Saat dihubungi terpisah, Bripka Abdullah menceritakan awal mula pendirian Rumah Al-Quran di Jambi. Inisiatif itu muncul saat momen pandemi COVID-19 pada 2020.

“Dulu kita sering anak-anak ini diliburkan sekolah, kita bergantian sama teman-teman kadang masuk kadang nggak. Tapi melihat di lingkungan ini banyak sekali anak-anak yang tidak ada kegiatan, banyak di luar, main, dan juga main gadget,” kata Bripka Abdullah.

Akhirnya dia bersama istri mengumpulkan anak-anak di rumahnya untuk diajarkan mengaji Al-Qur’an. Jumlah anak yang ikut belajar mengaji saat itu baru 15 orang.

“Dengan berjalannya waktu kita berdayakan juga marbut, penjaga masjid yang di sebelah rumah saya. Jadi itulah yang membantu kita untuk mengajar anak-anak yang tidak sekolah,” ujar Bripka Abdullah.

Bripka AbdullahBripka Abdullah Foto: Dok Ist

Ada lima program yang diadakan di Rumah Al-Qur’an tersebut yaitu mengenal huruf, hafalan atau tahfiz, belajar salat, mengenal sejarah Nabi dan Rasul hingga nonton bersama. Bripka Abdullah bersyukur program tersebut dapat diterima oleh masyarakat setempat.

“Jadi alhamdulillah itu berjalan dengan lancar dan anak-anak bisa terarah. Kalau dulunya anak-anak itu main, jadi alhamdulillah kita berikan pemahaman mengajar ngaji, anak-anak senang, kami biasanya juga ada makanan, kita kumpul sama anak-anak,” ujar Bripka Abdullah.

Seiring berjalannya waktu, Rumah Al-Qur’an itu terus berkembang hingga mencapai 100 anak-anak. Tempat untuk belajar menggunakan rumah kosong di dekat rumah Bripka Abdullah.

“Bertambah setiap tahun berubah-ubah, kalau yang sudah masuk SMP kadang ada yang keluar untuk masuk pesantren, itu berkisar anak ini di tahun 2021, 2022 itu ada mencapai hampir 100 santri. Kita belajar kebetulan dipinjami di sebelah rumah kita ada rumah kosong, jadi saya buat per kelas ada enam kelas,” ujar dia.

Karena rumah kosong itu digunakan lagi oleh pemiliknya, tempat belajar Rumah Al-Qur’an dialihkan ke ruko di dekat rumah Bripka Abdullah. Namun tempat tersebut tidak bisa memuat seluruh siswa.

“Jadi kita pisah waktu itu ada yang pagi, ada yang sore, ada yang malam tapi mengingat untuk kalau itu kan dengan anak-anak belajar rata-rata yang sekolah pagi, kalau kita pasti kita bisa masuk,” kata Bripka Abdullah.

Selain itu, penggunaan ruko sebagai tempat belajar juga membutuhkan biaya operasional. Akhirnya Bripka Abdullah memberlakukan iuran kepada siswa yang mampu sebanyak Rp 50 ribu per bulan.

“Kalau dulu pas 100 kita gratis semuanya, dari awal yang ini sampai 2022 itu gratis. Jadi kita pindah ke ruko anak-anak itu baru kita pungut Rp 50 ribu bagi yang mampu kalau yang nggak mampu ada surat keterangan kita bebaskan juga waktu itu,” ujar dia.

Jumlah siswa yang belajar di Rumah Al-Qur’an kini sebanyak 40 orang dengan tenaga pengajar 6 orang. Selain itu, waktu belajar juga kembali ke awal yaitu hanya di sore hari.

“Sekarang 40-an anak tapi kita kenakan biayanya juga administrasinya 50 ribu per bulan, untuk tenaga pengajar kita,” ujar dia.

Uang yang diterima dari anak-anak itu digunakan Bripka Abdullah untuk biaya operasional dan gaji tenaga pengajar. Meskipun, dalam perjalanannya, dia mengaku sering nombok untuk membiayai hal tersebut.

“Jadi setiap bulannya itu minus, tapi alhamdulillah berjalan kita yang nutupin,” kata Bripka Abdullah.

“Setiap bulan kita yang nombok dari sedikit rezeki gaji kita bisa disisihkan dari situ,” sambung dia.

Selain itu, Bripka Abdullah juga kerap mengadakan kegiatan buka bersama setiap Senin dan Kamis. Biaya untuk buka bersama itu berasal dari para donatur.

“Alhamdullillah ada donatur yang ngasih, ada juga kita harus mengeluarkan. Tapi alhamdulillah sekarang sudah rutin 20 paket dari hamba Allah, jadi kan kurang lebih 40 kadang 45 kita pesan itu. Jadi kalau untuk makannya 20, 25 dari Rumah Quran yang bayar,” imbuh dia.

(KNV/LIR)


Hoegeng Awards 2025


Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *