Gelar Taklimat Bersama Jajaran, Menbud Tekankan Pentingnya Solidaritas



Jakarta

Kementerian Kebudayaan menggelar taklimat dan buka puasa bersama seluruh jajaran kementerian, hari ini. Berlangsung di Auditorium Gedung A Kompleks Kementerian Kebudayaan, acara ini diselenggarakan secara hibrida.

Dalam sambutannya, Menteri Kebudayaan, Fadli Zon menyampaikan pentingnya kebersamaan dan solidaritas dalam penataan organisasi Kementerian Kebudayaan.

“Sebagai Kementerian baru kita mengalami transisi dan transformasi dari Direktorat Jenderal Kebudayaan yang berada di bawah Kemendikbud Ristek menjadi Kementerian Kebudayaan dengan tiga Direktorat Jenderal: Direktorat Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi; Direktorat Jenderal Diplomasi, Promosi, dan Kerja Sama Kebudayaan; dan Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan. Ini semua menjadi komitmen dari presiden dalam menjadikan kebudayaan yang berdiri sendiri dan sebagai bagian dari Asta Cita poin ke-8 tentang kebudayaan; penyelarasan kehidupan yang harmonis dan budaya guna mencapai masyarakat yang adil dan makmur,” ungkap Fadli dalam keterangan tertulis, Rabu (12/3/2025).

IKLAN

Gulir untuk melanjutkan konten

“Unsur-unsur kebudayaan secara keseluruhan menjadi tanggung jawab kita, sebagaimana perintah konstitusi UUD 1945 di Pasal 32, mengingatkan kembali bahwa menjadi tanggung jawab kita memajukan kebudayaan kita di tengah kancah globalisasi. Kebudayaan adalah bagian yang sangat penting,” sambungnya.

Berdasarkan data kebudayaan, Indonesia memiliki 1.340 kelompok etnis, 718 bahasa daerah, ragam adat istiadat, dan tradisi lokal yang khas.

“Kata yang tepat untuk mewakili beragamnya kebudayaan Indonesia adalah Megadiversity, maka sangat perlu kita melakukan re-invent identity Indonesia,” papar Fadli.

Pada kesempatan ini, ia juga menegaskan pentingnya pengembangan museum di Indonesia. Mengingat saat ini jumlah museum di Indonesia telah mencapai ratusan.

“Salah satu yang penting kita perhatikan adalah museum-museum dan cagar budaya. Di Indonesia terdapat 469 museum, jumlah keseluruhan museum ini memiliki peringkat yang beragam. Kita berharap museum-museum kita dapat naik kelas semua standarisasinya, dan mendorong swasta untuk ikut berkolaborasi dalam halpengembangan museum,” katanya.

Fadli juga berharap museum dapat menjadi ruang publik yang menarik dan atraktif untuk dikunjungi.

“Museum bukan sekedar bangunan statis, namun dinamis, bisa menjadi art space. Museum Nasional dapat dijadikan contoh bagi museum daerah, terutama dalam hal koleksi, penataan, dan edukasi. Pekerjaan rumah kita adalah berbenah cukup banyak,” lanjutnya.

Lebih lanjut, Fadli memaparkan jumlah Warisan Budaya Tak benda Indonesia saat ini berjumlah 2.213.

“Warisan Budaya Tak Benda ini setiap tahun didaftarkan untuk diinskripsi oleh UNESCO sebagai Intangible Culture Heritage. Saat ini, 16 warisan budaya tak benda Indonesia telah terinskripsi UNESCO: Wayang, Keris, Batik, Pelatihan Batik, Angklung, Pantun, Gamelan, Noken, Budaya Sehat Jamu, Pinisi, Pencak Silat, Tiga Genre Tari Bali, Tari Saman, Reog Ponorogo, Kebaya, dan Kolintang. Menyusul akan didaftarkan Tempe dan akan mendorong Makyong dan Jaran Kepang. Ini perlu kita perbanyak join nomination dengan negara lain,” tegasnya.

“Sementara Cagar Budaya Peringkat Nasional berjumlah 228 objek, terdiri dari benda, struktur, bangunan, situs, hingga kawasan cagar budaya. Enam diantaranya telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO: Candi Borobudur, Candi Prambanan, Tambang Batu Bara Ombilin di Sawahlunto, Situs Manusia Purba Sangiran, Sistem Perairan Subak Bali, dan Sumbu Filosofi Yogyakarta,” sambungnya.

Fadli juga menekankan pentingnya kebudayaan bagi Indonesia. Menurutnya, kebudayaan turut berdampak terhadap keberlangsungan berbagai sektor, termasuk ekonomi budaya.

“Budaya adalah soft power yang juga penting di dalam diplomasi. Beberapa negara memanfaatkan soft power dalam bentuk film, drama, musik, hingga makanan. Pekerjaan rumah kita sekaligus tantangan bersama adalah bagaimana mengupayakan Indonesian Wave. Kontribusi budaya akan berdampak pada industri budaya yang selanjutnya akan mempengaruhi ekonomi budaya,” ucapnya.

Menutup sambutannya, Fadli mengutip kata-kata Presiden Prabowo untuk menghormati budaya. “Kalau bukan kita yang menghormati dan menghargai budaya kita, siapa lagi? Tidak ada orang lain yang akan menghormati (budaya) kita, kalau bukan kita sendiri menghormatinya.”

“Secara garis besar kita ingin Kementerian Kebudayaan ini menjadid riving force. Kita tidak mungkin bekerja sendiri, kita harus bekerja sama dengan berbagai pihak dalam mencari berbagai alternatif, salah satunya melalui publik-private partnership,” tutupnya.

Sementara itu Sekretaris Jenderal Kebudayaan, Bambang Wibawarta mengungkapkan acara ini digelar dalam rangka menyamakan persepsi bersama, untuk hasil yang lebih baik. Ia berharap ke depan, acara ini dapat dilakukan secara berkala agar kegiatan Kementerian dapat tersampaikan dengan baik.

Sebagai informasi, acara ini turut dihadiri oleh pejabat dan staf di lingkungan Kementerian Kebudayaan, baik pusat maupun Unit Pelaksana Teknis di daerah.

(akn/ega)


Hoegeng Awards 2025


Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *