Jakarta, CNN Indonesia –
Kaktus mampu bertahan hidup dan tumbuh di tengah padang pasir. Begitu pula dengan Sono Kaktus, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Cicalengka, Kabupaten Bandung, Jawa Barat yang berjuang di tengah kesulitan ekonomi.
Anggy Nindia, pemilik Sono Kaktus, dalam kesehariannya sibuk memberi arahan ke para pekerja. Dia juga ikut menata dan mengemas produk yang akan dikirim ke pembeli.
Di bulan suci ini, pesanan cukup membeludak karena konsumen beli dalam jumlah besar untuk suvenir pernikahan. Di Indonesia, beberapa orang memilih menikah di bulan Syawal, yang dianggap baik.
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
Anggy dan suaminya Agus merintis bisnis itu sejak 2018. Sono Kaktus fokus menjual kaktus sebagai tanaman, tanaman hias atau suvenir di platform Shopee dan media sosial.
“Aku ingin buka usaha yang memberi kebermanfaatan bagi orang-orang sekitar,” ujar Anggy kepada Cnnindonesia.comMinggu (23/3).
Usaha kecil-kecilannya ini juga menjadi semacam alat Anggy untuk turut melawan kemiskinan di daerah sekitarnya.
Anggy bercerita saat ini memiliki 17 tim inti yang berasal dari daerah Cicalengka. Dia merekrut orang-orang dari latar belakang ekonomi dan pendidikan yang kurang beruntung.
Syarat yang diajukan Anggy dalam mencari pekerja tak begitu sulit yang penting punya kemauan belajar dan tidak merokok. Maklum, rokok berbahaya untuk produk yang dia jual.
Setelah diterima, para pekerja Sono Kaktus tak cuma mendapat penghasilan tetapi pemahaman soal potensi diri, pelatihan, hingga manajerial bisnis dari Anggy beserta suami.
Selain tim inti, Anggy juga kerap memberdayakan ibu-ibu rumah tangga di sekitar tempat tinggalnya jika pesanan tak terbendung.
Para ibu-ibu ini akan mendapat tugas mengemas barang yang bakal dikirim ke konsumen.
“Jadi kalau ada orderan masuk aku hubungi ibu-ibu sekitar buat bikin kemasan. Ibu-ibu yang tidak punya pekerjaan dan punya waktu luang,” ungkap Anggy.
Dia menyadari betul UMKM saat ini menjadi motor penggerak ekonomi negeri dan menciptakan lapangan kerja baru.
UMKM juga punya peran penting dalam mengentaskan kemiskinan terutama di daerah.
Data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UMKM) pada 2024 mencatat kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia mencapai 61 persen.
Hasil nyata UMKM bagi pekerja di Sono Kaktus yakni membeli motor dan menyicil rumah melalui kredit perumahan rakyat (KPR).
Anggy begitu bangga sekaligus terharu. Bisnis yang dirintis bisa membantu memenuhi kebutuhan dan menyejahterakan pekerjanya.
“Melihat tim aku bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri itu sudah pencapaian banget buat aku,” kata dia.
Saat ini, pendapatan kotor Sono Kaktus, kata Anggy, mencapai Rp130 juta hingga Rp140 juta per bulan.
Perjalanan Temukan Sono Kaktus
Situasi sulit menciptakan ide kreatif. Begitu kira-kira gambaran Anggy saat memulai berjualan kaktus pada 2018.
Ketika itu, dia masih kuliah semester 6 di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Anggy merasa perlu uang tambahan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dia memilih untuk menjual kaktus sebab di masa itu bisnis tanaman tersebut belum banyak. Anggy berpikir ini peluang yang bercuan.
Di suatu siang yang terik saat mahasiswa-mahasiswi tampak riang berjalan memakai jubah dan toga, di situ pula Anggy mulai berjualan. Satu kaktus beserta pot kecilnya, dia banderol Rp15.000 hingga Rp30.000.
Keuntungan dari penjualan tersebut, kata dia, mencapai Rp600 ribu. Bagi Anggy angka ini begitu membahagiakan.
Anggy, didukung kekasihnya Agus, mulai berpikir untuk serius dan menekuni bisnis kaktus.
Sepasang kekasih itu lantas mencari tanaman kaktus ke petani di Lembang dan akhirnya bertemu Neneng, perempuan berusia 40-an. Dia terkejut Neneng bisa menjual kaktus hingga ratusan pengiriman dalam sehari.
Anggy tergerak mengikuti usaha Neneng. Dia memboyong tumbuhan itu ke kosnya di Cibiru hanya dengan motor. Jarak Cibiru-Lembang 25 km dengan jalan terjal dan kadang hujan.
Dia juga mulai berjualan di Shopee. Melalui platform ini, penghasilan Sono Kaktus terus bertambah.
Namun, usaha Anggy dan Agus diremehkan kerabatnya. Kedua orang ini tak ambil pusing, mereka terus mengembangkan Sono Kaktus.
Setelah lulus kuliah, Anggy meneruskan usahanya di Cicalengka, rumah dia. Saat ini, dia sudah memiliki green house atau rumah kaca untuk menanam kaktus. Meski punya cara mengembangbiakkan tanaman sendiri, dia ingin tetap menjalin relasi dengan petani Lembang.
“Untuk tanaman dan pengembangbiakan sebagian aku produksi sendiri, sebagian mengambil dari petani,” ujar Anggy.
“Karena tujuan awalku ingin memberikan kebermanfaatan. Jadi aku biar membantu petani-petani Lembang untuk menjual barangnya.”
Bersambung ke halaman berikutnya…
Lawan Lumpuh Ekonomi Bareng Shopee
Peran UMKM begitu nyata saat pandemi Covid-19 menghantam Indonesia beserta ekonominya pada 2020-2022. Ketika itu, usaha-usaha kecil dan menengahlah yang membuat ekonomi berjalan.
Anggy merasakan betul dampaknya. Menurut dia, penjualan melonjak tajam di platform Shopee saat pandemi. Di masa itu, pemerintah sempat memperketat pergerakan warga agar tak terinfeksi virus.
Kondisi demikian membuat masyarakat tetap di rumah bahkan mulai ada tren bekerja di rumah. Untuk mengantisipasi rasa bosan, sebagian orang belajar menanam dan membeli berbagai tanaman.
“Kalau pas lagi Corona [pandemi Covid] itu sehari bisa sampai 69 resi lebih,” kata Anggy.
Artinya dalam sepekan, Sono Kaktus menerima pesanan via Shopee sebanyak 483 resi. Jika dikalkulasikan dalam sebulan mencapai lebih dari 1.500 pengiriman.
Bagi Anggy, Shopee banyak membantu pengembangan Sono Kaktus. Melalui platform ini pula produk yang dijual bisa sampai ke seluruh Indonesia.
Namun, untuk suvenir masih terbatas hanya di Sumatera, Jawa, Bali, karena terkendala ekspedisi. Dia tak bisa sembarang mengirim suvenir demi keutuhan produk dan kepuasan pelanggan.
Sambil menyantap mie hangat di mangkuk, Anggy bercerita Shopee begitu membantu pertumbuhan UMKM yang diinisiasinya dari segi pemasukan maupun kesadaran produk.
“Dengan aku berjualan di Shopee itu bisa menambah awareness [kesadaran]selain untuk menambah penghasilan, sebagai salah satu media untuk aku memperkenalkan produk,” ujar dia.
Anggy masih tampak antusias bercerita bahwa fitur iklan Shopee turut membantu menyebarluaskan produk Sono Kaktus.
“[fitur iklan] membantu banget. Ketika orang nyari kata kunci yang aku buat produk langsung keluar,” tutur perempuan itu.
Meski merasa terbantu dengan fitur iklan, Anggy menyadari daya beli masyarakat turun.
Dia lantas menyiasatinya dengan memberi promo atau voucher ke konsumen dan aktif kembali dalam Flash Sale Shopee.
Shopee Dukung Penuh UMKM
Direktur Eksekutif Shopee Indonesia Christin Djuarto mengatakan platform ini akan terus mendukung penuh UMKM.
“Kami berkomitmen untuk terus menjadi kawan dalam setiap perjalanan UMKM bertumbuh dan meraih kesuksesan,” kata Christin saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (27/3).
Sejalan dengan itu, Shopee menghadirkan inovasi yang bisa mendorong pertumbuhan UMKM seperti Program Sukses UMKM Baru bagi pengusaha UMKM pemula, pelatihan gratis bagi UMKM melalui Kampus UMKM Shopee, Kelas Online, hingga Program Ekspor Shopee yang membuka peluang UMKM lokal merambah pasar global.
Head of Public Affairs Shopee Indonesia Radynal Nataprawira menjabarkan program Sukses UMKM hadir untuk mendukung akselerasi digitalisasi UMKM di Indonesia.
“Pengusaha UMKM dapat memanfaatkan program ini untuk mulai merintis toko online mereka dan meningkatkan kapasitas bisnis secara langsung, dengan lebih mudah,” kata Radynal.
Peran Shopee terhadap perkembangan UMKM tak main-main. Terbukti, pada 2024, penjualan produk UMKM melesat 200 persen.
Perusahaan riset pasar Snapcart di tahun itu pula menilai Shopee memberi pengalaman luar biasa ke pelaku UMKM karena penawaran berbagai layanan.
Pemerintah Turut Andil
Pemerintah juga punya fokus terhadap UMKM. Di era Presiden Prabowo Subianto bahkan UMKM menjadi kementerian sendiri.
Kementerian UMKM dipimpin oleh Maman Abdurrahman.
Deputi Bidang Usaha Mikro Kementerian UMKM Riza Damanik mengatakan pemerintah akan memberi kemudahan dan pelindungan usaha mikro “sebagai upaya mendorong transformasi UMKM dari sektor informal ke formal.”
Riza juga menyebut pemerintah meningkatkan kualitas dan kuantitas penyaluran KUR.
“Untuk mencapai target penyaluran 2025 sebesar Rp300 triliun dengan menjangkau 2,3 juta debitur baru, sekitar 1,1 juta debitur graduasi, sebanyak 60 persen ke sektor produksi dan kemudahan akses pembiayaan tanpa agunan tambahan,” kata dia pada Kamis (27/3).
Terpisah, dalam acara The Big Idea Forum pada 17 Maret di Jakarta, Menteri UMKM Maman mengatakan pemerintah memastikan alokasi 40 persen belanja negara untuk sektor UMKM.
“Dalam postur APBN kita, baik APBN pusat, provinsi, maupun kabupaten, 40 persen dari pengadaan barang harus dialokasikan untuk UMKM,” kata dia dalam acara tersebut.
Selain itu, Kementerian UMKM membuka Jalin Lokal untuk menciptakan ekosistem kolaborasi bagi pelaku usaha hingga pembukaan akses pasar.
Kementerian UMKM dan Shopee juga telah berkolaborasi mendukung UMKM meliputi pelatihan, pendampingan, dan promosi.
Pemerintah memang punya sederet program unggulan dan mentereng untuk UMKM. Namun, Anggy punya harapan khusus.
Dia mengaku Sono Kaktus masih dalam proses pengembangan dan perlu diperluas.
Anggy berharap pemerintah lebih memperhatikan serta mendukung UMKM yang belum berkembang.
“Aku ingin ada dukungan logistik. Terus juga aku mau ada pelatihan dan pendampingan secara berkelanjutan,” ucap Anggy.
“Aku ingin pemerintah kalau misal sampai beres, sampai akhir, sampai orang itu mandiri di usahanya. Soalnya kalau ikut pelatihan inkubasi bisnis mandiri mahal.”
[Gambas:Photo CNN]
Keluhan Anggy bisa terjawab dalam program Kampus UMKM Shopee. Program ini fokus memperkuat keterampilan digital bagi masyarakat di Indonesia sehingga bisa memberi dampak positif terhadap roda ekonomi nasional.
Head of Government Relation Shopee Indonesia Balques Manisang mengatakan pelatihan itu menjadi wujud komitmen Shopee memberi ruang dan meningkatkan kapasitas UMKM.
“Baik untuk yang baru memulai usaha, atau juga bagi mereka yang ingin semakin mengembangkan usaha yang sudah berjalan di ekosistem digital,” ungkap Balques.
Dengan segala permasalahan yang ada, Sono Kaktus – sebagaimana tanaman kaktus yang mampu tumbuh di tengah padang pasir – bertahan dan berupaya melawan kemiskinan.
Bak Kaktus yang menjadi oase oksigen dan membantu memperbaiki kualitas udara, Sono Kaktus berkontribusi dalam meningkatkan ekonomi warga.
[Gambas:Video CNN]