Orang Dapur MBG Akan Dapat Pelatihan Rutin Imbas Kasus Siswa Keracunan




Jakarta, CNN Indonesia

Badan Gizi Nasional (BGN) menetapkan kebijakan pelatihan dan penyegaran rutin bagi penjamah makanan di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) alias dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk mencegah kelengahan dalam pengolahan makanan sekolah.

Penjamah makanan ini adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatannya, mulai dari persiapan, pengolahan, penyimpanan, hingga penyajian.

Pelatihan tersebut akan digelar rutin minimal dua bulan sekali. Langkah ini merupakan respon atas sejumlah kejadian siswa keracunan setelah mengonsumsi makanan dalam program makan bergizi gratis (MBG).

IKLAN

Gulir untuk melanjutkan konten

“Badan Gizi kemudian membuat program penyegaran dan pelatihan penjamah makanan secara rutin pada Sabtu dan Minggu,” ujar Kepala BGN Dadan Hindayana dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (6/5).



“Pelatihan ini kelihatannya harus dilakukan rutin minimal dua bulan sekali supaya kelengahan-kelengahan itu tidak terjadi,” imbuhnya

Kebijakan tersebut menyusul insiden keracunan yang terjadi di Sukoharjo, Batang, Cianjur, Bandung, Tasikmalaya, dan Pali. Dadan menyebut meski hasil uji laboratorium umumnya menunjukkan makanan dalam kondisi baik, kelengahan teknis seperti waktu memasak yang terlalu awal, keterlambatan distribusi, dan penyimpanan yang tidak tepat turut memicu gangguan pada siswa.

Ia menjelaskan insiden pertama terjadi pada 13 Januari di Sukoharjo karena gangguan teknis saat penggorengan akibat kehabisan gas.

“Pada saat masakan sudah diolah, mau menggoreng, gasnya habis,” jelas Dadan.

Petugas berhasil menarik kembali makanan dan menggantinya, meski 40 siswa sempat keracunan.

Kejadian serupa di Batang dipicu keterlambatan konsumsi makanan karena agenda sekolah, sementara di Cianjur, dari sembilan sekolah, dua di antaranya melaporkan 72 siswa keracunan dari total 2.701 siswa. Namun, kata dia, hasil laboratorium terhadap makanan, air, alat makan, dan muntahan menunjukkan hasil negatif.

Sementara, kasus keracunan di Bandung dan Pali mengindikasikan makanan dimasak terlalu awal dan tidak segera dikirim. Di Pali, Dadan menjelaskan ikan yang dimasak melalui beberapa tahap pembekuan dan pemanasan lolos uji, tetapi tetap menimbulkan dampak di lapangan.

“Kami kemudian memutuskan pemilihan bahan baku harus lebih selektif. Mungkin lebih fresh akan lebih baik,” ujar Dadan.

Sebagai bentuk perbaikan, Dadan menegaskan BGN kini memperketat waktu pengolahan dan pengiriman makanan, mewajibkan uji organoleptik oleh petugas sekolah, dan membatasi toleransi waktu makanan dikonsumsi sejak diterima. Distribusi dan penyimpanan juga akan diawasi lebih ketat.

“Karena baru pertama kali terjadi, mereka mungkin menganggap bahwa segala sesuatunya berjalan normal sehingga terjadi kelengahan-kelengahan,” tutur Dadan.

[Gambas:Video CNN]

(OF/PTA)


Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *