Rayakan HUT ke-79 RI, 2 Pesepeda Gowes dari Surabaya ke IKN




Jakarta

Dua pesepeda asal Sidoarjo, bersepeda dari Surabaya ke Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Aksi ini mereka lakukan untuk merayakan kemerdekaan Indonesia.

Mereka bersepeda dari Surabaya sejak 1 Agustus. Keduanya tiba di IKN pada 16 Agustus.

Dua pesepeda itu memulai perjalanan dari Tugu Pahlawan, atau Titik Nol Surabaya, yang merupakan saksi dari perjuangan pahlawan-pahlawan Indonesia mempertahankan area Surabaya dari jajahan.

IKLAN

GULIR UNTUK MELANJUTKAN DENGAN KONTEN

“Dengan beragam dinamika di negeri ini, kami bersyukur sudah terlahir dan besar di Indonesia, alhamdulillah. Perjalanan kami juga akan mengeksplorasi tempat wisata dan kuliner di Indonesia,” papar Wirawan dalam keterangannya, Minggu (25/8/2024).

“Tantangan terberat itu sebenarnya di diri kita sendiri. Seringkali kita itu merasa mampu nggak, ya? Itu yang membatasi kita sebenarnya. Padahal kalau kita lakukan, seberat apapun akan mampu juga,” lanjutnya.

Sementara Sugeng sudah tidak asing dengan bersepeda jarak jauh. Sebelumnya ia pernah bersepeda dari Surabaya ke Makkah selama empat bulan.

Kondisi tubuhnya meski sudah menginjak kepala enam namun masih tetap fit. Hal ini tidak lepas dari konsistensinya bersepeda setiap hari sejauh 50-75 km selama dua jam.

Meski sudah khatam Surabaya-Makkah, gowes di Kalimantan tetap meninggalkan kesan tersendiri bagi pria yang akrab disapa Opa Sugai itu. Kontur tanah Kalimantan yang banyak tanjakan dan turunan yang cukup curam menjadi tantangan baginya.

“Kalimantan memang rute dan kontur jalanannya banyak rolling-nya (naik dan turun) dan hampir semuanya perkebunan sawit dan karet. Terjal naiknya juga perlu ngegas,” jelas Opa Sugai.

“Apalagi ditambah dengan beban tas depan dan belakang. Jadi kalau kita lihat tanjakan itu ‘bisa nggak, ya? Bisa nggak, ya?’ Gowes ini juga untuk melihat sejauh mana sih limit kita. Kadang kita menyerah, padahal belum dicoba.” Wirawan menambahkan.

Bersepeda adalah cara yang dipilih oleh Wirawan dan Opa Sugai sebagai bentuk perayaan mutlak atas keberagaman Indonesia. Mulai dari suku, budaya, masyarakat, hingga alam yang berbeda. Bagi mereka, sepeda merupakan cara yang paling tepat untuk menjadi teman misinya mengenal Indonesia.

“Tidak ada gap dengan masyarakat. Jadi dengan hal-hal yang kita lalui, kita bisa tahu detail. Dengan pemandangan, kondisi alam, kondisi masyarakat. Kita bisa sewaktu-waktu berhenti untuk ngobrol dengan masyarakat. Bisa sewaktu-waktu berhenti untuk foto-foto. Kalau pakai kendaraan lain rasanya makin ada gap karena pace-nya lebih cepat,” ungkap Wirawan.

Meski mengaku tidak mudah, keberhasilan dua pesepeda ini mencapai IKN tentu tidak lepas dari konsistensi bersepeda yang sudah dibangun beberapa tahun terakhir. Wirawan bahkan rela menjual motornya untuk mengayuh sejak menginjak usia 40 tahun.

“Saya sudah komitmen. Saya menjual sepeda motor untuk memaksa saya bisa bersepeda ke mana-mana. Jadi saya ke kantor bersepeda, bertemu teman bersepeda. Bahkan mudik pun saya bersepeda. Jadi nggak cuma bike to work, tapi juga bike to everywhere,” ujar Wirawan.

Decak kagum langsung terucap begitu Wirawan dan Opa Sugai menginjakkan kakinya ke IKN. Bahkan mereka memiliki kesempatan untuk bertemu seniman I Nyoman Nuarta, mastermind di balik patung Garuda IKN yang sempat ramai diperbincangkan.

“IKN bagus banget tempatnya. Saya dengan sudut pandang fotografer setiap detailnya sangat bagus. Apalagi kemarin dapat pengalaman luar biasa, karena berkesempatan bertemu dengan Nyoman Nuarta, desainer dan pembangun Garuda di belakang Istana. Itu pengalaman yang luar biasa bagi saya,” ungkap Wirawan lagi.

Wirawan dan Opa Sugai gowes menuju IKN setelah melewati empat provinsi yakni Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur.

(satu/satu)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *