Kementerian ESDM Ungkap 6 Jurus Kejar Nol Emisi Pada 2060
Jakarta, CNN Indonesia –
Kementerian ESDM mengungkap enam langkah yang akan dilakukan untuk mencapai target nol emisi atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Strategi yang akan dilakukan pemerintah mulai dari pembangunan masif energi baru terbarukan (EBT) hingga efisiensi energi.
Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan KESDM Andriah Feby Misna mengatakan pemerintah tetap berkomitmen mengikuti perjanjian Paris dengan target mengurangi emisi sebesar 30,9 persen dengan usaha sendiri atau hingga 43,2 persen dengan dukungan internasional pada 2030.
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
“Dalam jangka panjang, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menjalankan transisi energi guna mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat,” ujar Feby dalam acara EESA Summit Indonesia 2025 di Hotel Sari Pacific Jakarta, Selasa (29/4).
Menurut Feby, pemerintah telah menyusun peta jalan NZE untuk sektor energi yang mencakup upaya dekarbonisasi baik pada sektor permintaan maupun pasokan energi.
Berdasarkan peta jalan tersebut, pemerintah memproyeksikan emisi gas rumah kaca akan turun hingga sekitar 95 persen pada 2060 melalui serangkaian aksi mitigasi. Ada enam strategi utama yang disusun.
Pertamapengembangan energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air (hidro), panas bumi, bioenergi, dan energi laut. Yang paling banyak saat ini didorong adalah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) karena mudah dilakukan.
Keduapemerintah juga tengah mulai mengembangkan energi baru seperti nuklir dan hidrogen untuk mempercepat target NZE 2060. Ketigaselain mendorong pembangkit energi baru yang bersih, pemerintah juga menerapkan efisiensi energi. Keempatpengembangan mobilitas hijau.
Kelimapemerintah akan mengurangi bertahap pembangkit listrik berbasis batu bara. Salah satunya dengan pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Keenampemerintah akan menerapkan teknologi carbon capture and storage (CCS) serta carbon capture, utilization and storage (CCUS).
Feby menyebutkan Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang luas dan beragam, dengan potensi total lebih dari 3.000 GW, terbesar berasal dari tenaga surya dan angin. Namun, realisasinya masih sangat minim sehingga perlu untuk terus ditingkatkan melalui berbagai kebijakan.
“Namun, hingga 2024, pemanfaatannya baru mencapai sekitar 15,8 GW, atau hanya 0,4 persen dari total potensi. Ini menunjukkan masih banyak ruang pengembangan,” terangnya.
Oleh sebab itu, Feby sangat mengapresiasi EESA Summit Indonesia 2025 ini. Sebab, acara ini bisa menjadi ajang bagi pelaku usaha dalam negeri menggaet investor asing yang hadir untuk mendukung agenda transisi energi.
Dalam acara ini hadir perusahaan-perusahaan besar dari China seperti Suzhou Inovance Technology Co., Ltd., Guangzhou Sanjing Electric Co., Ltd., Sungrow Power Supply Co., Ltd., Zhejiang Hangtai Shuzhi Energy Development Co., Ltd., dan Sienergys Co., Ltd.
“Indonesia saat ini menjadi salah satu negara paling menarik di dunia dalam hal pengembangan energi bersih yang telah menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pengembangan energi terbarukan,” kata Secretary-General EESA Rene Duan.
“Melalui EESA Summit, kami ingin menjadi jembatan bagi kolaborasi yang lebih erat antara pelaku industri di China dan Indonesia, guna mewujudkan sistem energi masa depan yang berkelanjutan dan saling menguntungkan,” pungkas Secretary-General EESA Rene Duan.
(ldy/pta)