Bripka Nasrul Sulap Lahan Tidur untuk Budidaya Tomat Langka di Belu
Anggota Polsek Lasiolat, Polres Belu, Bripka Nasrul Ikhwan Ninong, turut membudidayakan tomat raksasa yang langka di Nusa Tenggara Timur (NTT). Berkat kegiatannya ini, Bripka Nasrul diusulkan sebagai salah satu kandidat Hoegeng Awards 2025.
Bripka Nasrul mulai mengubah lahan tak produktif di Kecamatan Lasiolat, Kabupaten Belu, dekat perbatasan dengan Timor Leste. Dia berupaya melestarikan tomat Lahurus, jenis tomat raksasa yang semakin jarang dibudidayakan.
Salah satu warga, Gabriel (35), petani tomat Lahurus, mengatakan dia merasa terbantu dengan kehadiran dari Nasrul. Nasrul pun memberi bantuan agar pertanian bisa berkembang.
IKLAN
Gulir untuk melanjutkan konten
“Awalnya saya menanam sendiri, beliau merapat, ada kerja sama. Ini ada lahan, kalau saya kelola sendiri. Beliau tanam hasilnya lumayan, kami masyarakat terbantu,” ujar Gabriel saat dihubungi detikom.
“Minta bantuan pupuk ke dia, kadang ada butuh plastik mulsa untuk dasar ke beliau bantu. Dia hubungkan kami ke PPL agar kami bisa dapatkan hasil maksimal,” ujarnya.
Sementara itu, Bripka Nasrul yang menjabat sebagai Ps Kanit Samapta Polsek Lasiolat menyebut dia mulai menggarap lahan untuk tomat Lahurus pada 2022.
Dia ingin membudidayakan tomat raksasa yang hanya tumbuh di empat desa di Kecamatan Lasiolat, yaitu di Desa Meneikun, Desa Lasiolat, Desa Fatulotu, dan Desa Lakanmau. Sementara di tiga desa lain tomat tersebut tidak tumbuh.
Bripka Nasrul berkomunikasi dengan perangkat Desa Menaikun. Mereka mencari dan menemukan tanah terbengkalai untuk ditanami. Setelah mendapat izin dari pemilik lahan, Bripka Nasrul pun mulai membuka lahan dan membabat pohon liar pada April 2022.
![]() |
Setelah lahan siap, ternyata pemilik lahan tidak memiliki bibit tomat Lahurus. Nasrul menyebut bibit tomat Lahurus tergolong langka karena tak banyak orang yang menanam.
“Saya temui beberapa orang tua yang ada di Kecamatan Lasiolat untuk meminta bibit. Orang tua di situ tak sembarang kasih bibit, karena bibit yang disimpan sudah dari turun temurun. Kalau bibit tersebut dikasih, dia tak dapat penghasilan,” kata Nasrul, saat dihubungi.
Nasrul pun berupaya untuk meyakinkan orang tua pemilik bibit tersebut. Dia menyampaikan ingin membudidaya tomat itu agar tomat tersebut tak punah.
“Saya bilang, saya mau bantu orang tua di sini untuk membudidaya bibit tomat Lahurus. Kalau tak ada generasi penerus, siapa yang mau budidaya lagi,” ucapnya.
“Di situ, mereka tergugah, ternyata ada orang yang berpikir hal ini, mau membantu mereka,” ucapnya.
Akhirnya, dia bisa menanam bibit tomat Lahurus tersebut. Tomat tersebut merupakan tomat langka, dan sulit dikembangkan selain di wilayah yang cocok. Tomat itu hanya satu kali panen di bulan Juli.
Jenis Tomat Raksasa Langka
Nama tomat Lahurus diambil dari nama dusun di kaki gunung Lakaan, Desa Fatulotu. Tomat tersebut berbentuk raksasa, satu buah tomat bisa berat sampai dengan satu kilogram, atau lebih dari kepalan tangan.
“Rasa Buahnya manis. Kekhususan dibanding tomat yang lain kalau tomat Lahurus buahnya besar,” katanya.
Namun, ada kendala untuk bibit tomat Lahurus ini. Bibit tersebut sangat sulit untuk dicari.
“Bibit tomat Lahurus tidak dijual di pasaran. Karena jenis tomat Lahurus bibitnya hanya ada pada petani-petani tua dan bibit tomat Lahurus tidak bisa bertahan lama. Kalau di simpan lebih satu tahun ketika kita semai bibitnya tidak tumbuh,” ujarnya.
![]() |
Kemudian, tomat Lahurus tak bisa tumbuh selain di empat desa tersebut. Pernah ada yang mencoba menanam, namun gagal tumbuh dengan sempurna.
“Jenis bibit tomat Lahurus kalau tanam di tempat lain tetap tumbuh namun buahnya tidak sebesar ditanam di lokasi yang ada di kecamatan Lasiolat,” katanya.
“Beberapa masyarakat di luar kecamatan Lasiolat sudah pernah saya kasi bibit tomat Lahurus namun buahnya tidak sebesar yang di tanam di lokasi yang ada di kecamatan Lasiolat, buahnya kecil,” ujarnya.
Selain itu, tomat hanya bisa dipanen setahun sekali dan tak tumbuh saat musim hujan.
“Ini setahun cuma satu kali tanam. Tomat Lahurus, kalau tanam di musim hujan, nggak bisa. Ini tanaman sensitif dengan air hujan, dia akan kering dan akan mati,” ujarnya.
Dalam satu kali panen, lahan yang digarap Lahurus dijual seharga Rp 90 ribu hingga 100 ribu per ember. Dalam satu ember berisi 40 hingga 60 tomat.
“Hasil pertama pada tahun 2022 senilai Rp 8 juta, tahun 2023 senilai Rp. 9.250.000 dan tahun 2024 senilai Rp. 10.700.000,” ujarnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
Hoegeng Awards 2025
Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu